Para peneliti mengambil sampel ASI dan darah ibu tiga kali – sekali sebelum vaksinasi, sekali setelah dosis pertama dan sekali setelah dosis kedua. Para peneliti melihat respons antibodi yang kuat dalam darah dan ASI setelah dosis kedua – hampir 100 kali lebih banyak daripada sebelum vaksin, ungkap Lauren Stafford, seorang mahasiswa doktoral di laboratorium Larkin.
Joseph Larkin III, PhD, penulis senior studi dan profesor di departemen mikrobiologi dan ilmu sel UF/IFAS, menjelaskan, “Kami ingin tahu apakah bayi yang mengonsumsi ASI yang mengandung antibodi ini mengembangkan perlindungan mereka sendiri terhadap COVID -19. Selain itu, kami juga ingin tahu lebih banyak tentang antibodi itu sendiri, seperti berapa lama mereka ada dalam ASI dan seberapa efektif mereka dalam menetralisir virus.”
Stafford menambahkan, “Masih banyak yang kami pelajari tentang ASI dan semua manfaatnya, dan itulah yang membuat penelitian ini sangat menarik — tidak hanya bagi kami para ilmuwan tetapi juga bagi non-ilmuwan.”
Untuk berita keren lainnya tentang penemuan sains dan berita teknologi, terus kunjungi Indomedia.news dan jangan malu untuk memberikan satu atau komentar di bawah.
