Berita PilihanBolmongRagam

Brigade Bogani Bakal Gelar Ritual Adat di Puncak Bolingongot Toruakat, Jemmy Lantong: ini Untuk Menjaga Warisan Leluhur

112
×

Brigade Bogani Bakal Gelar Ritual Adat di Puncak Bolingongot Toruakat, Jemmy Lantong: ini Untuk Menjaga Warisan Leluhur

Share this article

Tanah Hutan Adat Bakal Bergemuruh oleh Suara Tradisi dan Doa Leluhur

INDOMEDIA.NEWS, Bolmong –  Sebuah momen penuh makna dan magis akan kembali hadir di Puncak Bolingongot, Tanah Hutan Adat milik Masyarakat Adat Toruakat,  pada Minggu, 8 Desember 2024.

Sekitar 400 anggota Brigade Bogani, sayap organisasi dari Aliansi Masyarakat Adat Bolaang Mongondow (AMABOM) Raya, akan menggelar ritual adat sakral yang diyakini sebagai bentuk komunikasi dengan leluhur.

Kegiatan ini bukan sekadar seremoni biasa. Di mana, bersama masyarakat Adat Toruakat,  anggota Brigade Bogani akan memanjatkan Oigum (sebuah permohonan kepada leluhur), dengan harapan mendapatkan restu dan perlindungan atas tanah warisan leluhur di Tanah Totabuan.

Gema Ritual dari Puncak Passi ke Puncak Bolingongot

Ritual di Puncak Bolingongot ini melanjutkan jejak kegiatan serupa, yang sebelumnya digelar di Puncak Passi, Kecamatan Passi Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), pada awal November lalu.

Jemmy Lantong

“Ini bukan sekadar ritual. Ini adalah panggilan jiwa dari tanah leluhur untuk menjaga hutan dan alam yang diwariskan kepada kita,” ungkap Drs. Hi. Jemmy Lantong, SH, Ketua AMABOM Raya,  Sabtu, 7 Desember 2024.

Pesan Edukasi dan Makna Perlindungan Alam

Bagi Jemmy Lantong, kegiatan ini bukan hanya simbol penghormatan kepada leluhur, tetapi juga merupakan media edukasi tentang kearifan lokal.

Di tengah ancaman eksploitasi hutan yang semakin mengkhawatirkan, ritual ini mengingatkan bahwa warisan alam bukan hanya milik generasi saat ini, tetapi juga titipan untuk anak cucu kelak.

“Hutan bukan hanya tempat berburu atau mencari kayu. Ia adalah ibu kehidupan, sumber air, dan penjaga keseimbangan alam. Melalui ritual ini, kita menegaskan bahwa hutan adat harus tetap lestari,” tegas Jemmy.

Prosesi “Oigum” juga diyakini sebagai bentuk proteksi spiritual terhadap hutan adat, sebuah pesan tegas bahwa segala bentuk perusakan hutan akan berhadapan dengan “penjaga tak kasat mata” dari alam gaib.

BACA JUGA :  Tinjau Tes CPNS di UPT BKN Gorontalo, Sekda Bolsel Beri Motivasi ke Peserta

Antusiasme Anggota Brigade Bogani

Tak heran jika antusiasme masyarakat adat begitu besar. 400 anggota Brigade Bogani akan terlibat langsung dalam kegiatan ini.

Mereka tidak hanya bertugas mengamankan jalannya ritual, tetapi juga memastikan pesan kearifan lokal tersampaikan ke generasi muda.

Kegiatan ini juga diproyeksikan menarik perhatian masyarakat luas, termasuk dari kalangan akademisi, pemerhati lingkungan, hingga pejabat pemerintah daerah.

Sebagai simbol perlawanan terhadap perusakan alam, ritual ini menjadi bentuk nyata dari “gerakan hijau berbasis adat” yang semakin digalakkan di Tanah Totabuan.

Menuju Hari-H: Persiapan yang Sudah Dimulai

Sejumlah persiapan sudah mulai dilakukan. Jalur menuju puncak hutan adat ini cukup menantang, tetapi semangat 400 anggota Brigade Bogani dipastikan tak akan surut.

“Kami bukan hanya akan hadir sebagai pelindung hutan. Kami adalah perwujudan dari tekad leluhur untuk menjaga tanah ini tetap lestari,” ujar salah satu anggota Brigade Bogani dengan penuh keyakinan.

Warisan Adat, Pesan Lestari

Sebagai penjaga terakhir hutan adat, masyarakat Toruakat melalui Brigade Bogani dan AMABOM Raya, terus meneguhkan tekad mereka.

Ritual di Puncak Bolingongot bukan hanya warisan adat semata, melainkan simbol kebangkitan kesadaran, bahwa melindungi hutan adalah tanggung jawab sakral dan spiritual.

Ritual ini akan menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa Tanah Totabuan bukan sekadar “wilayah geografis”, melainkan tanah suci yang diwariskan oleh leluhur dan dijaga oleh anak cucu.

Dengan prosesi ini, Masyarakat Adat Toruakat dan Brigade Bogani menegaskan bahwa “hutan hidup untuk selamanya, manusia hanya menumpang sementara”.

Ritual ini bukan hanya tradisi, tetapi juga bentuk nyata dari perlawanan terhadap ancaman eksploitasi alam yang semakin menggila.

Puncak Bolingongot, kami datang!

Warisan adat akan kembali hidup. Leluhur akan kembali bersuara. Dan tanah hutan adat, tak akan pernah lelah melindungi kita.