Religi  

Isra Mi’raj, Perjalanan Interstellar IV

Sumber Foto : https://i.imgur.com/G4kEp8x.jpg

Bila dipahami SHOLAT adalah keseimbangan RITUAL n SEPI+RITUAL, maka sudah pasti aplikasi RITUAL terimplementasikan dalam ruang dan waktu 24 jam dalam makna SEPI+RITUAL.

Dengan kata lain, RASA BERSAMA, INHERN, dengan RABB ALLOH SWT unite dalam JASADIAH selama 24 jam sehingga tersimplifikasi AKHLAK menjadi PILIHAN BERBUAT BAIK dalam setiap nafasnya.

Lebih detailnya, setiap molekular DNA ini sudah bergerak, tergerakan tanpa BARRIER dengan RUHIYAH.

Kategori ini, pada akhirnya melepaskan prosesing syarat-syarat sah RITUAL SHOLAT, karena YURISPRUDENSI atau hukum fiqh yang berlaku saat menDIRIkan SHOLAT menjadi tidak relevan.

Kenapa?, karena kesucian DIRI terejawantahkan dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari secara molekular.

BACA : Isra Mi’raj, Perjalanan Interstellar (III)

Sedangkan kondisi hukum syarat dan prasayarat dalam SHOLAT yang sekarang jadi ruang IJTIHADI para ahli ulama hukum fiqh mendudukan kesucian sebatas RITUAL pula.

Sudah benarkah prasyarat SHOLAT dimana makna WUDHU benar-benar dipake dalam kehidupan…?

  • Cuci pergelangan tangan n telapak, benarkah sudah suci atau dipakai keseharian dalam berbuat baik, berkarya, membantu orang? Merasakan gelombang frekuensi dengan-NYA, dengan indera perasa telapak dan kulit berdendang dengan SEMESTA?

Atau malahan telapak tangan itu ahli dipakai Korupsi, mengambil hak orang lain, licik dsb?

  • Kumur-kumur, sudah benarkah mulut kita menjaga dari KEPO, NGURUS ORANG LAIN, BERGUNJING dan NGEGOSIP? Atau digunakan tuk menyamakan frekuensi denganNYA, menyusun kata syukur, berterima kasih kepada semesta, RHA, OKSIGEN, TANAMAN, TANAH, dan pernahkah dari mulut itu keluar rasa terima kasih kepada sel-sel darah, organ tubuh dsb?
  • Telinga yang dicuci, sudah benarkah kita mendengar hal-hal yang baik, mendengar BUNYI alam, harmoni indah semesta, saling menangkap idea dan rasa asih,asah,asuh? atau malahan sebaliknya, ikut mendengar info-info yang HOAX?
  • Sudah benarkah membasuh WAJAH dengan melihat hal-hal yang baik, berjalan menyusuri sesuatu tuk kebaikan?

Lalu bagaimana tangan dan kaki dibasuh, apakah sudah selayaknya digunakan untuk manfaat kepada alam semesta?

Makna-maknya  ini sangat dalam, yang pada akhirnya bila diDIRIkan akan terus konsisten berada dalam KEBAIKAN, KESUCIAN DIRI.

Faktanya????

Kesiapan dari pelaksanaan BERWUDHU, thoharoh, dengan air, tanah, atau debu sebagai SIMBOL penetralisir tubuh, benarkah sudah diaplikasikan?

Disitulah ruang RITUALITAS, yang sebenarnya RABB ALLOH SWT tidak mengukur sah tidaknya SHOLAT dari simbol2 fiqhiyah tersebut, karena RABB ALLOH SWT menilai SHOLAT itu dari keseimbangan RITUAL&SEPI+RITUAL selama 24 jam dalam bentuk AMAL KEBAIKAN. Dalam bentuk KONEKSI, MANUNGGALING KAWULO LAN GUSTI, NYAKSENI, SYAHADAH…

Bila faktanya malah sebaliknya? Yassalaaam, SHOLAT hanya nungging biasa saja, tanpa makna RUHIYAH dalam diri.

Karena seyogyanya, thorahoh itu adalah bentuk RITUALITAS upaya menetralisir DIRI agar mengNOLkan hal-hal yang menghambat JASADIAH ketika akan menDIRIkan SHOLAT.

Artinya, JASAD ini bila diRITUALKAN WUDHU dengan makna yang benar-benar DALAM, benar-benar esensial, maka akan benar-benar membantu dalam aplikasi SEPI+RITUAL.

Tentu saja, pelaksanaan WUDHU pun menjadi thoharoh 24 jam yang berhubungan dengan CASING, JASADIAH.

#persiapan_takbiratul_ihram
#WASKITA

 

Penulis

WILMAN RAMADHAN

Pengamat Islam Dan Budaya

 

 

BACA JUGA :  Terpilih Ketua DPD BKPRMI Kota Kotamobagu, Irvan Peasu akan Fokus Kegiatan Kemasjidan dan Keummatan