INDOMEDIA.NEWS, Bolsel – Wildlife Conservation Society – Program Indonesia (WCS-PI) kembali menggelar kegiatan Pelatihan Pengembangan Agroforestry untuk Petani di Koridor Tanjung Binerean, Sabtu (25/10/2025), bertempat di area perkebunan salah satu warga Desa Adow, Kecamatan Pinolosian Tengah, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel).
Pelatihan Kedua untuk Petani di Koridor Tanjung Binerean
Pelatihan ini merupakan titik kedua dari rangkaian kegiatan serupa yang sebelumnya telah dilaksanakan di Desa Mataindo Utara. Selanjutnya, pelatihan juga akan digelar di Desa Deaga, Mataindo Induk, dan Torosik.
“Setiap titik kegiatan akan dilaksanakan dua kali, agar peserta benar-benar memahami dan mampu menerapkan praktik agroforestry dengan baik,” ujar Danny Rogi, Koordinator WCS Koridor Tanjung Binerean.
Pemerintah Kecamatan Apresiasi Inisiatif WCS
Kegiatan turut dihadiri Kepala Seksi Pelayanan Umum Kecamatan Pinolosian Tengah, Supriadi Nurhamidin, yang mewakili pemerintah kecamatan. Ia menyampaikan apresiasi atas inisiatif WCS-PI dalam mendukung peningkatan kapasitas petani di wilayah tersebut.
“Kegiatan ini sangat baik. Terima kasih kepada pihak WCS. Kami berharap para peserta dapat menyimak dengan sungguh-sungguh dan mengimplementasikan ilmunya di lapangan. Harapan kami, melalui pelatihan ini pertanian masyarakat semakin berhasil dan berkelanjutan,” ujar Nurhamidin.
Sangadi Adow: Ilmu Harus Disebarluaskan
Senada dengan itu, Sangadi Adow, Amrudin Podomi, dalam sambutannya menekankan pentingnya komitmen peserta, untuk mengikuti seluruh materi dan menerapkannya di lahan masing-masing.
“Kita dukung penuh kegiatan seperti ini. Ilmu yang didapat jangan disimpan sendiri, tapi sebarkan kepada petani lain agar manfaatnya meluas,” tuturnya.
Lanjutan Kegiatan di Gorontalo
Sementara itu, Ramli Azwar, perwakilan WCS-PI, menjelaskan bahwa pelatihan ini, merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang sebelumnya digelar di Gorontalo.
“Waktu itu, sejumlah perwakilan desa dari Koridor Tanjung Binerean berkesempatan melihat langsung keberhasilan sistem agroforestry di Gorontalo. Tujuannya agar petani di sini dapat belajar mengelola pertaniannya tidak hanya untuk penghasilan bulanan, tetapi juga mingguan, bahkan harian,” jelas Ramli.
Menurutnya, praktik agroforestry di Gorontalo yang telah berjalan sekitar lima tahun mampu menghasilkan pendapatan berkelanjutan, dengan pembeli yang datang langsung ke lahan petani.
“Tanaman yang dikembangkan sangat beragam, dan hal ini menjadi contoh baik yang bisa diterapkan di Bolsel. Kami juga berharap petani dapat menjaga keseimbangan lingkungan melalui sistem ini,” tambahnya.
Terasering Jadi Fokus Utama Praktik Lapangan
Pantauan di lokasi, pelatihan tidak hanya berlangsung dalam bentuk teori, tetapi juga praktik langsung di lahan milik salah satu warga yang telah menerapkan teknik terasering, metode pengelolaan lahan miring yang dinilai efektif mencegah erosi sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian.
Adapun pemateri dalam kegiatan ini berasal dari Japesda Gorontalo, yang memberikan arahan teknis serta pendampingan kepada peserta untuk menerapkan sistem agroforestry secara berkelanjutan.






